Thursday 7 March 2013

REFleksi.......



BELAJAR DI PESANTREN, WHY NOT?
Zaman globalisasi menuntut kita untuk selalu berkembang maju dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari seni, pakaian, makanan, pendidikan dll. Aspek terakhir ini sangat penting dalam membangun peradaban bangsa, pemuda-pemuda sekarang yang mengenyam pendidikan akan menentukan nasib bangsa kita nanti. Di indonesia terhadap dua sistem pendidikan,yaitu pendidikan umum dan pendidikan salaf (tradisional).
Dalam pendidikan umum kita mengenal SD,SMP,SMA dan sebagainya, yang di dalamnya di dominasi pengetahuan umum. Sedangkan di pendidikan salaf, -yang biasanya ada di pondok pesantren- mengajarkan berbagai ilmu agama islam melalui kitab kuning karya ulama salafussholih mulai dari balaghoh, mantiq, fiqih, usul,hadits dan sebagainya.
Di zaman yang serba modern ini, minat pelajar yang menginginkan di pendidikan salaf tampak minim karena mereka mempunya stigma yang keliru terhadap pendidikan salaf, mereka mengira di pondok salaf orangnya klot-kolot, ketinggalan zaman, dan ketika tamat mondok tidak mempunyai keahlian apa-apa untuk bekal hidup di masyarakat. Paling mentok  jadi modin atau guru ngaji. Karena ijazah pondok tidak bisa untuk melamar pekerjaan, atau mereka tidak kuat hidup di pondok yang mengajarkan tirakat.
Kita (santri, pen) tahu pendidikan salaf di pondok pesantren sangat berguna membentuk karakter pelajar atau santri. Mata pelajaran akhlak dan fiqih tidak hanya dipelajari tapi juga diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari, yang mana dalam pendidikan umum belum tentu ditemukan, mengenai keterampilan tidak sedikit pondok pesantren yang mengajarkan hal itu, baik secara langsung atau tidak langsung. Contoh, di salah satu pondok pesantren di Banyuwangi, di sana santri diajarai bagaimana membuat batu bata, genteng dan lain-lain, lalu malam harinya mengaji. Dan satu lagi faktor penting yang tidak di dapat dalam pendidikan umum yaitu barokah masyaikh, meskipun di pesantren tidak fokus diajarkan keterampilan secara teori tapi tidak sedikit santri yang sukses ketika terjun di masyarakat.
Siapa yang tak kenal dengan Dahlan Iskan, Menteri BUMN ini adalah alumni Ponpes Sabilul Muttaqin Takeran Magetan. Prof. DR. KH. Said Agil Siroj, M.A alumni pondok pesantrean Lirboyo yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PBNU. Dan yang lebih fenomenal lagi presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, alumni Ponpes Tebuireng Jombang. Itulah sebagian kecil contoh orang-orang sukses yang dibesarkan oleh pendidkan salaf. Jadi belajar di pesantren bukan halangan untuk bisa menjadi orang besar dan sukses. So, akankah kita bisa melanjutkan kesuksesan mereka?. (Fath/@md)  


No comments:

Post a Comment