Monday 28 January 2013

Buletin Himmah Part 1


MADROSTUNA
TAFTISY, METODE BARU SEBAGAI BAROMETER
 KEMAPUAN BACA KITAB MURID MMH

Belum lama ini pihak madrasah mengeluarkan satu aturan baru bagi proses pendidikan di MMH, aturan itu adalah dengan menerapakan metode taftisy bagi kelas 3-6. Tujuan dari metode yang baru dilaksanakan sekitar tiga minggu ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan baca kitab salaf dari murid-murid MMH. Dikeluarkannya aturan baru terkait metode ini, dilatarbelakangi oleh keprihatinan para pendidik di lingkungan MMH, dengan semakin menurunnya kemampuan baca kitab dari murid-murid kelas 6 yang notabene seharusnya sudah lancar.
                Hal itu sebagaimana yang dipaparkan oleh Ust. Muhith al-Hilmy kepada Bulletin HIMMAH kemarin (3/10), ia mengatakan bahwa keprihatian itulah yang akhirnya memunculkan metode baru ini, “Jadi itu sebenarnya berawal ketika selapanan dewan asatidz beberapa waktu lalu. Banyak murid kelas enam yang ternyata masih belum bisa sama sekali membaca kitab” ujar dia pada kami. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sebenarnya ada usulan dari Ust. H. Abdul Wachid untuk menentukan target per jenjang, “Ada usulan yang bagus dari Gus Wachid, yaitu dengan menargetkan per jenjang untuk bisa membaca kitab. Kalau kelas dua ya targetnya bisa baca Mabadi’. Dan itu dimasukkan dalam ujian syafahi” imbuhnya lagi.
                Di kesempatan lain kemarin (4/10), kami juga sempat menghubungi salah satu Ustadz yang menerapkan metode ini. Adalah pak Nashiruddin yang kini menangani murid kelas VB, beliau meuturkan bahwa metode ini memang baru dan dirasa sangat bagus untuk diterapkan, “Menurut kulo ini (taftisy, red) sangat baik untuk diterapkan” ujar beliau. “Dengan cara begini akan dapat dua hal, pertama bisa tahu kekurangan murid dalam mebaca kitab, dan kedua, murid tau sendiri apa yang menjadi kekurangannya” sambungnya lagi.
                Pak Nashir, -sapaan akrabnya- juga menambahkan bahwa dengan diterapaknnya tafttisy akan memberi gambaran seberapa besar kemampuan murid dalam membca kitab. Dan yang terpenting menurutnya adalah suport agar mereka tetap semangat, “Saya selalu berikan mereka suport, agar terus belajar dan terus belajar. Awal-awalnya itu ketika saya ajak hanya beberapa yang ikut, tapi sekarang semuanya mau ikut” ungkapnya. Semoga saja metode baru ini bisa mengembalikan nilai keilmuan salaf di MMH yang mulai menurun dari para murid, dengan begitu mereka benar-benar menjadi generasi yang berkualitas. (@md/team)



SAPA HIMMAH :
WAWANCARA KHUSUS BULLETIN HIMMAH
DENGAN KETUA HIMMAH 2012/2013


                HIMMAH Putra baru saja melakukan reformasi kepengurusan, dan akhirnya terpilih lah M. Taufiqurrohman atau akrab disapa Taufiq, sebagai ketua terpilih dari pemilu HIMMAH yang dilaksanakan satu bulan yang lalu. Apa saja program yang telah disiapkannya, dan bagaimana kinerja HIMMAH yang akan datang, berikut hasil wawancara khusus tim Bulletin HIMMAH dengan Taufiq.

Kami ucapkan selamat sebelumnya, atas terpilihnya anda sebagai ketua HIMMAH 2012/2013.
Trimakasih                                         
               
Apa yang anda rasakan setelah dilantik sebagai ketua HIMMAH tahun ini?
Pastinya adalah perasaan yang tidak karuan, bercampur aduk antara perasan haru, bingung, dan juga bahagia. Awalnya saya ragu apakah saya bisa mengemban amanah yang amat besar ini atau tidak. Tapi apakah saya akan terus berlarut-larut dalam pusaran perasaan yang seperti itu. Tentunya hanya satu kata untuk menjawabnya “TIDAK”. Saya harus memandang semua yang saya anggap masalah ini dengan pikiran yang positif dan terus maju pantang mundur.   
                                                                               
Apa rencana anda ke depannya yang akan dilakukan untuk HIMMAH?
Memperbaiki program-program lama yang baik dan menambah program-program baru yang lebih segar.            

Mungkin ada program yang  beda dari kepengurusan sebelumnya untuk HIMMAH kali ini?, kalau ada apa saja itu?
Pastinya ada lah....?di antaranya nanti ada lomba takror, juga ada diklat fiqhu zakat dan masih banyak lagi.          

Aspek apa yang akan menjadi perhatian utama untuk kepengurusan kali ini?
Yang menjadi perhatian utama kami adalah seragam, semua murid MMH harus mempunyai seragam sendiri-sendiri       .               
                                                                                                               
Terkait dengan problem seragam, keterlamabatan, pemanfaatan izin dan muhafadzoh yang masih menjadi masalah. Langkah apa yang akan anda ambil untuk menangani hal itu?
Pastinya ada rencana khusus terkait dengan itu semua, dan tidak bisa saya jabarkan satu persatu            
               
Di awal kepengurusan HIMMAH ini, apa yang kiranya menjadi sebuah kendala anda dalam melaksanakan tugas?
Kendala utama adalah masalah intern kepengurusan, bagaimana menumbuhkan kesemangatan anggota.           

Apa yang menjadi taget utama anda untuk HIMMAH tahun ini?
Menumbuhakan kesadaran akan pentingnya sekolah diniyah    

Harapan anda untuk HIMMAH ke depan?
Pastinya adalah lebih baik dari HIMMAH tahun sebelum-belumnya, dan semoga HIMMAH tahun ini terkenang sepanjang masa    

Selamat menjalankan tugas untuk satu tahun ke depan.
Mohon dukungan dan kerjasama kepada semua pihak yang berada di lingkungan MMH khususnya dan di lingkungan Ponpes Darul Huda umumnya
               
                Itulah tadi beberapa hasil wawancara khusus kami dengan ketua HIMMAH baru tahun ini, kita doakan saja semoga apa yang telah direncanakan untuk kepengurusan kali ini bisa terlaksana dengan baik.    (@md/team)


REFLEKSI
BELAJAR DI PESANTREN, WHY NOT?

Zaman globalisasi menuntut kita untuk selalu berkembang maju dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari seni, pakaian, makanan, pendidikan dll. Aspek terakhir ini sangat penting dalam membangun peradaban bangsa, pemuda-pemuda sekarang yang mengenyam pendidikan akan menentukan nasib bangsa kita nanti. Di indonesia terhadap dua sistem pendidikan,yaitu pendidikan umum dan pendidikan salaf (tradisional).
Dalam pendidikan umum kita mengenal SD,SMP,SMA dan sebagainya, yang di dalamnya di dominasi pengetahuan umum. Sedangkan di pendidikan salaf, -yang biasanya ada di pondok pesantren- mengajarkan berbagai ilmu agama islam melalui kitab kuning karya ulama salafussholih mulai dari balaghoh, mantiq, fiqih, usul,hadits dan sebagainya.
Di zaman yang serba modern ini, minat pelajar yang menginginkan di pendidikan salaf tampak minim karena mereka mempunya stigma yang keliru terhadap pendidikan salaf, mereka mengira di pondok salaf orangnya klot-kolot, ketinggalan zaman, dan ketika tamat mondok tidak mempunyai keahlian apa-apa untuk bekal hidup di masyarakat. Paling mentok  jadi modin atau guru ngaji. Karena ijazah pondok tidak bisa untuk melamar pekerjaan, atau mereka tidak kuat hidup di pondok yang mengajarkan tirakat.
Kita (santri, pen) tahu pendidikan salaf di pondok pesantren sangat berguna membentuk karakter pelajar atau santri. Mata pelajaran akhlak dan fiqih tidak hanya dipelajari tapi juga diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari, yang mana dalam pendidikan umum belum tentu ditemukan, mengenai keterampilan tidak sedikit pondok pesantren yang mengajarkan hal itu, baik secara langsung atau tidak langsung. Contoh, di salah satu pondok pesantren di Banyuwangi, di sana santri diajarai bagaimana membuat batu bata, genteng dan lain-lain, lalu malam harinya mengaji. Dan satu lagi faktor penting yang tidak di dapat dalam pendidikan umum yaitu barokah masyaikh, meskipun di pesantren tidak fokus diajarkan keterampilan secara teori tapi tidak sedikit santri yang sukses ketika terjun di masyarakat.
Siapa yang tak kenal dengan Dahlan Iskan, Menteri BUMN ini adalah alumni Ponpes Sabilul Muttaqin Takeran Magetan. Prof. DR. KH. Said Agil Siroj, M.A alumni pondok pesantrean Lirboyo yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PBNU. Dan yang lebih fenomenal lagi presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, alumni Ponpes Tebuireng Jombang. Itulah sebagian kecil contoh orang-orang sukses yang dibesarkan oleh pendidkan salaf. Jadi belajar di pesantren bukan halangan untuk bisa menjadi orang besar dan sukses. So, akankah kita bisa melanjutkan kesuksesan mereka?. (Fath/@md)